Penulis: Giovani Walewawan
Ambon, 29 Desember 2024
Pada pagi; sepanjang jalan menuju syukur
Embun menabur genderang perang
Kaki menghunus pedang; nafas juang
Hati menetap pada rumah pulang
Petang, menatap dendam kemuningan
Analekta memoar menyeduh sedih
Tiada abadi tanpa kepergian
Untuk itu kau harus pergi
Pada pagi; malam adalah abu
Menghilang derap tangis
Luka membakar bahu
Ibu, jika mata penuh gerimis
Petang, ketika aku pulang; waktu telah mempersoalkan segalanya
Pahit waktu yang tersesap dari duka di bulan mei
Di sela-sela pintu, jeritan yang lebih lantang adalah membohongi kehilangan
Pada pagi; Kesepian terus meranggas tawa-tawamu
Kata-kata pada doa yang tak kau ceritakan; luntur
Menggumamkan ragu-ragu pada lelapmu
Membangunkanmu pada pagi; bersyukur.