Katamu!
Ini Sebuah gerakan, tapi kenapa sampai sekarang kita masih terkurung dalam sebuah ruang hampa? apa kau masih dengan tegas akan berkata bahwa; ini Sebuah gerakan bila nantinya aku, atau salah satu ade- ku yang masih belia dan bingung bertanya.
Masih segar benar ingatanku, tentang awal kau menyapaku untuk berkenalan, dan mengajak ku untuk masuk dalam cengkraman kasih, serta bagaimana aku yang rapuh ini bisa menjadi seorang yang bertanggung jawab.
Itu katamu kan?
Ketika kau mengantarku ke simpang jalan, sambil kau bangun wacana-wacana mengenai organi dan sasi, dengan bahasa-bahasa yang membuatku kebingungan.
Katamu!
Ini adalah; Sebuah wadah untuk latihan, lalu kenapa sampai sekarang kita belum juga berlatih? Apa itu hanya sebuah fiksi belaka, jika ia kenapa dari awal kau tak berkata sejujurnya, melainkan membiarkan aku yang rapuh ini menderita karena di hantui bunga-bunga janji yang kau tanam hingga tumbuh subur menjadi angan-angan kelabu.
Haruskah aku bertanya kepada siapa?
Jika kau terus saja memilih untuk diam, dan menatapku seperti orang asing yang kau tawarkan hingga hilang tak ada rasa.
Katamu!
Kau harus bangga!
Bangga dengan apa? Tanyaku yang sampai sekarang kau gantung hingga kusam di dinding kepalamu.
Lalu tibalah saatnya, dimana sebuah pesta demokrasi kecil-kecilan, kau datang lagi menyapaku sebagai seorang Ade yang di lebel-kan dengan asuh di belakangnya, untuk menyukseskan Sebuah euforia, dan setelah itu hilang entah kemana.
Jadi ini yang selama ini kau sebut gerakan?
Praktis bukan?
~Wainitu, 4 Desember 2020
~Sionselfanay