Jarjui yang gelisa

 


Di titik NOL
Aku melihat seorang petani menanam harapan di dada kebunnya; dengan air mata bercampur keringat darah yang mengalir dari dalam jantung, yang memompa dosa bagi para penguasa yang selalu menipu untuk berkuasa meski tak punya kuasa.

Aku melihat seorang nelayan berlayar mengitari laut arafura dengan perahu kecilnya, yang di hantam gelombang namun ia masi berpura-pura dengan berkata; Aku baik-baik saja!
Walaupun malaikat maut berdansa di setiap gelombang yang menampar pipi perahunya sebagai tanda peringatan.

Di titik NOL
Aku melihat  petani itu memanen luka, sebagai hasil yang gagal namun di angap berhasil, karena tuntutan kebutuhan anak-anaknya yang bersekolah.
Pertani itu terus saja menanam janji dan harapan di lubuk hati anak-anaknya. Walaupun nantinya uluhati sakit karena terlalu banyak yang tidak terealisasi.

Aku melihat nelayan itu melayang dalam hayalan, Dengan perahunya yang penuh dengan jaring, dan pancing tak berpenghasilan. Karena laut Arafuraku telah di perkosa oleh seribu enak ratus kapal laut.

ARU! 
Aku mendengarkan hutan aru berbicara di telingaku!
Aku mendengar laut arafura berbicara di telingaku lewat angin dan gelombang di pantai wamar. 
Ada rindu untukMu; yang peduli terhadap anak jarjui yang sedang terpenjarah dalam kekalahan.

Sebab Anak-anak jarjui adalah;  mereka yang hidup di dalam surga namun di paksa untuk tidur dan bangun di lahan neraka.

Negeri lama, 28 maret 2021
Sionselfanay

Post a Comment

Kalau Ingin karya anda di muat pada halaman "Kawan Berpikir" segera kirimkan tulisan anda pada email kami di kawanberipikir@gmail.com, "nama penulis akan selalu kami sertakan", karena karya anda sangat bermanfaat pada kemajuan literasi kedepanya, terima kasih atas partisipasinya. salam literasi.

Previous Post Next Post
https://www.youtube.com/watch?v=3vuGHbp6MtM&ab_channel=Kawanberpikir

Contact Form