Komunitas Kawan Berpikir dalam Kesunyian Hari Buku Sedunia

Buku adalah pembawa peradaban. Tanpa buku, sejarah itu sunyi, sastra itu bodoh, sains lumpuh, pemikiran dan spekulasi terhenti. Buku adalah mesin perubahan, jendela di dunia, mercusuar yang didirikan di lautan waktu.” – (Barbara W. Tuchman).

 

Penulis: Rambo Rahayaan

Bawah Pohon Jambu, 25 April 2024 

 

Selasa 23 April 2024, dunia memperingati World Book Day. Komunitas Kawan Berpikir dalam agendanya Selasastra berlokasi di bawah pohon jambu samping AULA UKIM yang menjadi rutinitas mingguan membaca, menulis, serta berdiskusi. Pada selasa kemarin, seperti sebelumnya. Selasastra kali ini memantangkan diskusi dengan topik “MENTAL HEALTH dan STOIKISME”. Bersama Pemantik yang luar biasa Kawan kami NUEL OHOIWUTUN, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan. Aktif secara akademis dan berorganisasi menjadikan kawan NUEL cukup mumpuni membawakan topik saat ini.

Selasastra, selalu memulai dengan membaca hingga menjadi pencinta akan buku setelahnya masing-masing orang akan menyampaikan atau bertukar informasi terkait buku kecintaannya. Kawan-kawan yang membaca karya fiksi dan non-fiksi, buku pemikiran, novel, cerpen, puisi dll. Selalu menyelami sampai tenggelam kedalaman isi, cerita, serta memaknai. Demikianlah, jikalau jatuh cinta pada apapun itu, hingga menjalin hubungan; yang kemudian perlahan-lahan terlelap dalam bercinta, penuh gairah, meledak-ledak, cinta memang menghanyutkan setiap perasaan kita. Kata-kata karya-karya novelis, penyair sampai pemikir besar, memang seperti martil yang seakan-akan menghantam semua dada (teringat karya Nietzsche - Ecce Homo). Waktu 15 sampai 20 menit dipakai untuk membaca. Memang sial, sebab waktu memang selalu mempermainkan setiap kita; semisal kebahagiaan yang dimamah oleh si rayap-waktu. Bisakah kita menangkap hakikat waktu? Agar semua kita dapat berbahagia. Waktu adalah seumpama tai. Kami semua tertawa, sebab sekian kita suka-suka memasang tai di ubin, taman kota, pusat kota, dinding kantor bahkan pergelangan tangan? Waktu sekilas menjadi musuh semua orang. Akan kami ludahi dan kencingi tubuhmu, candaan singkat pengantar Selasastra. Waktu kau hanya pabrik kenang-kenangan yang memang manis dan selalu menyakitkan…

Perihal Mental Health, pemantik memulai diskusi dengan bertanya “apakah setiap kita pernah merasakan stress dan depresi? Mengapa harus stress dan depresi? Bagaimana cara meng-koping diri? Apa perbedaan stress dan pikiran? Suasana menjadi semakin serius. Sebab, setiap kepala diharuskan berpikir dan setiap bibir tak harus kering untuk menyampaikan perasaan, serta pemikirannya. Stress dan depresi pasti pernah dialami oleh semua orang hanya saja tak semua orang berani menyatakannya secara langsung dan sering kali lebih memilih untuk menyembunyikannya. Namun, keadaan itu akan nampak secara psikologis lewat tindakan ataupun ekspresi yang dikeluarkan seseorang. Stress dan depresi sendiri terjadi dikarenakan orang cenderung tak menginginkan atau menghindar dari situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Akibatnya, orang sering kali mengalihkannya atau meng-koping diri dengan berbagai cara, minum minuman keras, memukul tembok, bahkan sampai yang ekstrem bunuh diri. Sedangkan, stress dan pikiran pastinya berbeda karena stress adalah situasi yang tak menyenangkan datang dari luar luar sedangkan pikiran adalah upaya berpikir agar dapat mengatasinya.

Mental Health bukanlah sesuatu yang baru, namun kini marak dipermasalahkan dalam diskusi-diskusi, hinga menjadi komoditi pasar dalam karya-karya sastra, karya musik, karya film, bahkan buku-buku yang terlalu laku pada toko-toko buku di pajangan terdepan dan tentunya Mental Health menjadi fenomena yang menarik untuk didiskusikan!... Banyak anak muda kehilangan jati diri dan juga terlalu over thinking atas kehidupan di masa kini lalu memahami semuanya adalah sebagai penderitaan, tak heran bahkan sampai ada yang melakukan bunuh diri karena tak mampu mengatasinya.

Namun, apakah penderitaan itu sendiri? Penderitaan adalah rasa tidak nyaman yang kita rasakan, baik itu terjadi pada tubuh, serta pikiran. Hal ini disebabkan karena muncul rasa cemas dan takut, cemas dan takut sendiri merupakan bagian dari manusia dan justru membuat kita bisa survive dan melestarikan diri. Namun, cemas dan takut berlebihan itu adalah penderitaan.

Dalam diskusi ini, kami teringat akan sang filsuf Pesimistik atau bapak aliran Pesimisme yang terkenal yakni Arthur Schopenhauer yang mengatakan bahwa kehidupan adalah penderitaan itu sendiri. Schopenhauer dengan logikanya subjek-objek yakni subjek adalah kehendak dan objek adalah yang dikehendaki. Jika kematian terjadi, maka tiada interaksi antara kehendak dan yang dikehendaki dan jika kehidupan tiada, maka tiada pula penderitaan. Manusia mengalami penderitaan sebab manusia selau menghendaki atau terbelenggu oleh kehendak serta terlalu membangun ekspetasi dalam kehidupannya, akan tetapi manusia belumlah menyadari sepenuhnya bahwa realitas kehidupan tak selalu sesuai dengan apa yang diinginkannya, artinya manusia senantiasa ada dalam penderitaan karena selalu ada kehendak dalam kehidupannya. Menurut Schopenhauer kita haruslah pergunakan kehendak secara bijak, karena jangan sampai kita tak mampu menundukkan kehendak kita, hingga akhirnya ceroboh dan malahan dengan sendirinya kehendak kita justru menodai dirinya dengan memilih untuk bunuh diri.

Dengan demikian, salah satu cara agar keluar dari penderitaan adalah pergunakanlah kehendak secara bijak. Artinya mengupayakan melatih pikiran kita atau melatih perhatian kita. Hidup adalah dimana perhatian kita tertuju, kalau perhatian diarahkan ke trauma, kebencian, dendam, masalah-masalah di masa lalu itulah penderitaan. Sedangkan jika perhatian diarahkan ke arah memori-memori indah di masa lalu, harapan-harapan indah di masa depan, indahnya hidup, penuh visi, terarah dan penuh makna namun bukan hidup dalam mimpi tetapi melatih pikiran pada hal-hal nyata. Sebab, sumber penderitaan adalah pikiran dan sumber kebahagiaan  adalah juga pikiran.

Diskusi semakin hangat, karena pembahasan kami pada Stoikisme. Akhir-akhir ini, stoikisme hangat diperbincangkan. Terlepas dari itu, masyarakat kita cenderung mengikuti sesuatu hal yang viral atau trend. Karena, stoikisme mendapat respons positif dari banyak orang maka stoikisme sering dipakai sebagai metode alternative bagi banyak orang. Berkaitan dengan pembahasan kami sebelumnya yakni Mental Health pemantik mencoba menggunakan pemikiran stoikisme ini sebagai metode dalam mengatasi situasi ataupun kondisi strees dan depresi (Mental Health) yang dialami seseorang. Sebab dalam kondisi mental health seseorang seperti kehilangan arah, analoginya seperti seseorang yang berada pada persimpangan jalan dan tak tahu arah kemana harus menjadi tujuan hidupnya.

Stoikisme adalah sebuah aliran filsafat yang dicetuskan oleh Zeno dari Yunani Kuno pada abad ke-3 sebelum Masehi. Stoikisme dari kata stoa, berarti pilar atau tiang, karena seringkali pembahasan filsafat ini dibahas di teras-teras bangunan dan pilar-pilar, sehingga falsafah ini bernama Stoa atau Stoikisme. Walaupun dari Yunani Kuno, stoikisme berkembang pesat saat di Romawi Kuno, seperti Seneca sang Penasehat, Epictesus sang Budak, dan marcus Aurelius sang Kaisar. Dasar pemikiran stoikisme adalah hidup harus sesuai dengan sistem kosmik atau sistem alam semesta, ataupun realitas yang ada. Maka, stoikisme berusaha untuk memetakannya dengan membedekan hal internal serta hal eksternal. Hal internal adalah yang dalam jangkauan manusia dan dapat dikendalikan, sedangkan hal eksternal sebaliknya, di luar jangkauan manusia, dan tidak dapat dikendalikan. Menurut  Stoikisme kesadaran kita dan objek materi sekitar adalah dua hal yang terpisah, dan kita mempunyai kehendak untuk mengendalikan kesadaran atas tantangan realitas di luar diri kita.

Jadi menurut stoikisme, kita harus dapat membedakan yang internal dan yang eksternal dan haruslah kita fokus pada hal-hal yang internal saja. Sebab, jika tidak manusia akan mengalami penderitaan. Artinya, bahwa kita hanya dapat fokus pada hal-hal yang dapat kita ubah dan dikendalikan saja daripada hal-hal di luar yang tidak dapat diubah.

Dengan demikian dalam diskusi ini kami sepakat bahwasannya dalam menghadapi penderitaan, sesuai dengan topik disaat ini yakni Mental Health ataupun kondisi stress dan depresi metode berpikir Stoikisme dapat dipakai untuk mengatasi ataupun menuntun setiap manusia agar dapat mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.

Namun, pembahasan kami semakin panas. Dikarenakan, kami semua belumlah puas dengan logikanya kaum stoik yakni logika internal-eksternal nya. Maka, dalam pembahasan yang makin panas ini kami semua berusaha untuk kembali menguji logika internal-eksternal tersebut. Muncul, pertanyaan kritis dan bahkan kami menganggap kaum stoa terlalu lancang  karena berusaha mengklaim logikanya. Pertanyaan yang kami munculkan ialah, jika kita berpatokan pada logika internal-eksternal “apakah kita ataupun kesadaran kita adalah memang internal ataukah sesungguhnya ia adalah eksternal? “…

Kami Komunitas Kawan Berpikir, tak mungkin mengklaim jawaban kami adalah yang paling benar. Namun, dalam upaya berpikir itu tak pantas juga disalahkan. Maka, bila adanya kesempatan kami membuka ruang atas segala kritik dan masukan yang membangun agar semua kita semakin ber kesadaran. Berbagai pertimbangan kami diskusikan, ada yang mempertahankan bahwa sesungguhnya diri kita atau kesadaran itu tetap adalah internal. Namun, sebagian dari kami berpikir bahwa sesungguhnya diri kita atau kesadaran kita sesungguhnya adalah eksternal. Sebab, kami memahami bahwa sebelum subjek ada sesungguhnya sudah adanya kosmik atau alam semesta ini, atau dunia eksternal itu sendiri, dan bahkan kesadaran itu adalah apa yang sesungguhnya datang dari luar diri kita, semisalnya informasi, pengetahuan. Sebab, manusia bukanlah satu entitas dan tidaklah pernah ada, dan karena manusia adalah barang eksternal. Memang otak kita mempunyai kemampuan untuk menyadari itu benar, tapi tidak membuat manusia menjadi independen. Kesadaran kita sendiri terbatas, karena terkurung oleh objek yang ada di sekitar kita sebagai satu referensi aktivitas.

Demikianlah, Selasastra kali ini, kami hanyalah api kecil. Namun, api tetaplah api. Nyalakan api-mu…

Post a Comment

Kalau Ingin karya anda di muat pada halaman "Kawan Berpikir" segera kirimkan tulisan anda pada email kami di kawanberipikir@gmail.com, "nama penulis akan selalu kami sertakan", karena karya anda sangat bermanfaat pada kemajuan literasi kedepanya, terima kasih atas partisipasinya. salam literasi.

Previous Post Next Post
https://www.youtube.com/watch?v=3vuGHbp6MtM&ab_channel=Kawanberpikir

Contact Form