Catatan Kelam seorang; Kamo Rambo Rahayaan

 

(sebuah catatan kelam Rambo di masa studinya dan perjalanan komunitas kawan berpikir).


Oleh: sion selfanay

.

Namanya: Kamo Rambo Rahayaan, seorang mahasiswa teologi angkatan 2014, pecinta buku dan puisi, saya mengenalnya pada tahun 2020 di saat bumingnya undang-undang cipta kerja.

Sore itu salah seorang teman berpikir; Rifer! itulah namanya, mengajak saya untuk berkenalan dengannya, dan buku menjadi instrument pengantar sebuah percakapan.

Saat itu juga saya baru saja selesai berkunjung ke Dian Pertiwi Kota (Diper), saya membeli sebuah buku tentang pemikiran paul freire yang berbicara soal “Pendidikan Kaum Tertindas” dialektika yang kami bangun terlihat hangat, namun di batasi oleh semesta lewat malam yang hadir sebagai tempat satu-satunya melakukan Ritual Intelektual 

Hari-hari saya dan beberapa teman pun di hiasi dengan pikiran cemerlang si Rambo mahasiswa teologi itu, hingga suatu siang yang panas, matahari membakar isi kepalah saya Rambo dan seorang mahasiswa se angkatan Rambo, namun dari fakultas Isip program studi Ilmu Komunikasi; Almendo namanya, kami bertiga berbicara soal banyak hal siang itu, hingga kami bertiga sepakat untuk singga dan bertedu di suatu Topik menarik; Pendidikan, setelah masing-masing dari kami bertiga memberikan perspektifnya tentang pendidikan di Maluku, percakapan itupun tiba-tiba di kagetkan dengan sebuah ide yang entah datangnya dari mana, secara spontan tumbuh sebuah keinginan besar dalam diri kami bertiga untuk turun ke desa-desa terpencil bahkan bisa di bilang terisolir. Keinginan besar itupun menjadi instrument untuk kami saling bertukar pikiran, dan munculah sebuah ide baru yang lahir dari realita Universitas Kristen Indonesia Maluku untuk membentuk sebuah wadah belajar yang memfokuskan mahasiswa untuk membaca buku.

Hari itupun nama,logo dan bloger serta hal-hal mengenai wadah belajar itu kami hasilkan lewat perdebatan panjang. Komunitas Kawan Berpikir itulah namanya dengan filosofi menarik. Kami berbicara soal bloger dan Rambo sempat bertanya, lalu siapa yang nantinya memiliki tugas utama mencari foto-foto menarik ketika imajinasi kita sudah di konsepkan menajadi sebuah tulisan; puisi,opini,esai dan sebagainya? Itu tugasnya Atus. Sangga Almendo kepada Rambo.

Atus adalah seorang mahasiswa fakultas isip program studi ilmu komunikasi, dia juga seseorang yang mencintai buku psikologi, sampai-sampai Rambo sering menyapanya dengan sebutan; Sigmund Freud bapak psikologi modern dan bahkan lebihnya lagi Sigmund ialah seorang pendiri Psiko Analisis.

Dalam pertemuan kami pun di kagetkan dengan isu-isu soal pendidikan, dan pada suatu hari kami bersepakat untuk membuka donasi, kami bersyukur karena proses donasi berjalan dengan baik hingga saya dan  saudara saya tito namanya, turun ke pulau ibu memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan kepada adik-adik di sebuah tempat, Dusun Kawatu;itulah nama tempatnya. Hingga semangat kami terus menyalah dan donasi pun di buka lagi dan akhirnya kami turun lagi ke pulau ibu lebih tepatnya Taniwel Timur  Neniari Gunung.

Kebrangkatan kami sangat tiba-tiba dan tak ada persiapan lebih tepatnya; Tiba saat tiba akal.

Malamnya sebelum brangkat saya, Rambo,Almendo Atus dan Opes teman seangkatan Rambo kami berempat duduk bahkan tidur di bangku-bangku kantin demi menjaga buku-buku yang sudah kami tata rapi dalam kartun. Pada saat subuh teman se angatan saya telepon namanya; wilyam, seketika dia berkata bahwa dia sudah menunggu kami di SPN Passo, detik,menit hingga jam terlewati barulah oto Tulehu parkir di depan kampus orang basudara dan di dalam oto itu sudah ada beberapa orang  lelaki yang sering di sapa Bu Abdon, Ruben, dan Maku di dalam kendaraan roda empat itu.

Kamipun bergegas menuju Liang, dan setelah sampai di pelabuhan liang kami sempat berunding soal siapa saja yang nantinya menyebrang ke pulau ibu, untuk memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan dan bahkan lebihnya lagi pentingnya menumbuhkan rasa cinta akan buku. yang menarik dari perjalanan ini yaitu pada saat itu si Rambo sedang dalam hari-hari menunggu tangal jadwal ujian Skripsi namun karna ada bujukan dari seorang mahasiswa fakultas isip program studi Ilmu kesejahteraan social, Rinto itulah namanya. Pada akhirnya Rambo membranikan diri untuk brangkat tanpa memikirkan studinya yang sudah hampir habis bahkan bisa di katakana tingal tunggu tangal DO. 


Kamipun melepaskan tali dari pelabuhan liang dengan delapan personil di antaranya ada; kaka rinto, alnic, jesen, Bu Abdon, Ruben, Wilyam, Maku dan saya sendiri.


Sampai sini dulu, jari-jari saya lelah mengetik..

Terima kasih untuk perjalanan yang sebegitu hebatnya.

Kawan berpikir memberikan selamat kepada kaka Rambo, Kaka Almendo dan Bu Opes yang telah sah menjadi sarjana-sarjana mudah.


Almendo Resimerey S.I.Kom

Onesimus Pesurnay S.Si.Teol

Kamo Rambo Rahayaan S.Si.Teol


Semoga ilmu yang kaka-kaka peroleh dapat bermanfaat bagi banyak orang.


Bumi, 24 Juli 2021


3 Comments

Kalau Ingin karya anda di muat pada halaman "Kawan Berpikir" segera kirimkan tulisan anda pada email kami di kawanberipikir@gmail.com, "nama penulis akan selalu kami sertakan", karena karya anda sangat bermanfaat pada kemajuan literasi kedepanya, terima kasih atas partisipasinya. salam literasi.

  1. Dari hal yang kecil akan menimbulkan dampak yang besar

    Semangat Tuhan dan leluhur menyertai kalian selalu ������

    ReplyDelete
Previous Post Next Post
https://www.youtube.com/watch?v=3vuGHbp6MtM&ab_channel=Kawanberpikir

Contact Form