Penulis: Giovanni Walewawan
Ambon, 06 Januari 2024
https://kawanberpikir11.blogspot.com/2023/04/datang-untuk-pergi.html?m=1
Puisi di atas berjudul "Datang untuk Pergi" karya Rahayaan Rambo, tertulis di Wayame, 27 April 2023, menciptakan sebuah dunia yang direnungkan dalam gelapnya pesimisme dan fragilitas eksistensi manusia. Puisi ini mengeksplorasi kedalaman eksistensi manusia dalam kerangka yang filosofis nan puitis.
Rahayaan Rambo sebagai Penulis berusaha mengeksplorasi realitas eksistensial manusia yang terperangkap dalam perjalanan yang singkat menuju kematian. Melalui gaya penulisan yang intens dan terasa mendalam, puisi ini menyuguhkan sebuah narasi psikolinguistik tentang keadaan batiniah yang gelap dan penuh pertanyaan.
Sartre menyuarakan pandangan bahwa manusia adalah "dipaksa untuk menjadi bebas" dan puisi ini, melalui penggunaan diksi-diksinya yang meresapkan pesimisme, merenungkan beban dari kebebasan tersebut. Dengan ungkapan-ungkapan seperti "datang hanya sementara untuk pergi selamanya," Penulis menggambarkan keberadaan manusia sebagai perjalanan yang terbatas, menuju kematian yang tak terelakkan.
Pada bagian puisi yang menyentuh tentang kehampaan dan patah asa, Penulis menyajikan narasi psikolinguistik yang memeriksa interaksi antara eksistensi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Penggunaan kata-kata seperti "patah doa, patah asa, patah manara dalam" menyoroti kekosongan spiritual dan moral, serta konflik internal yang menggerus kepercayaan diri.
Lebih jauh, dalam puisinya yang sarat akan perasaan penyesalan dan kekecewaan, penulis merangkai diksi-diksi psikolinguistik yang menggambarkan kehidupan sebagai arena pertempuran emosional. Dengan ungkapan-ungkapan seperti "dada-takrela tampung semua penyesalan," puisi ini menghadirkan gambaran akan perjuangan individu dalam menghadapi konflik antara harapan dan realitas yang pahit.
Pesimisme menjadi nyawa dari puisi ini, menunjukkan eksistensi yang terperangkap dalam kepastian kematian. Penulis mencoba menggambarkan eksistensi sebagai perjalanan sementara yang berujung pada kepergian abadi. Dengan lirik yang menggugah, puisi ini menggali keraguan dan keputusasaan yang tersemat dalam eksistensi manusia.
Penulis mengeksplorasi pemikiran tentang harapan dan kepercayaan kepada kekuatan ilahi, tetapi dalam konteks pesimisme yang kuat, segala harapan tampak samar dan hampa. Dalam realitas yang dituangkan dalam puisi, segala harapan yang tumbuh seperti kenangan yang meranggas pada karang, rumput, dan bunga, tak ubahnya menjadi benalu yang merayap, menambah nuansa kesunyian dan kehampaan.
Puisi "Datang Untuk Pergi" bukan sekadar puisi tentang kematian, melainkan refleksi yang mendalam tentang eksistensi manusia dalam keadaan psikologis yang kompleks. Penulis menyoroti perjalanan manusia yang singkat, yang penuh dengan penderitaan dan pertanyaan tak terjawab
Puisi "Datang untuk Pergi" menciptakan lukisan gelap tentang eksistensi manusia, menggambarkan perjalanan hidup yang sementara, pesimis, dan dipenuhi dengan kebingungan akan makna sejati. Rahayaan Rambo, dengan kepiawaiannya dalam mengutarakan pesimisme, menyoroti realitas yang kelam dan kerap diabaikan dalam kontemplasi manusia terhadap keberadaannya.
#ReviewPuisiDatangUntukPergi