BUDAYA KEMISKINAN DI PULAU-PULAU KECIL (MALUKU)

Budaya mengandung makna akal budi, mengandung pola sikap yang mengandung pandangan hidup dan pikiran, pola tindakan dan kelakuan yang berisi organisasi sosial, dan pola sarana benda- benda yang mengandung teknologi buatan manusia.

Pengertian lebih luas mengenai budaya adalah meliputi segala hasil karya, rasa dan cita-cita manusia yang terkandung didalam kelembagaan sosial. Kelembagaan mencakup semua hal tentang apa yang dipikirkan (ide), dirasakan. Ada tujuh unsur budaya universal di dunia yakni teknologi, ekonomi atau mata pencaharian, sistem sosial, bahasa, sistem pengetahuan, dan agama.

Dengan demikian, agama adalah bagian dari budaya dan nilai- nilai yang terkandung dalam ajaran agama seharusnya menjadi salah satu penciri utama budaya seseorang atau sekelompok orang. 

Teknologi merupakan unsur budaya yang paling mudah berubah. Sedangkan agama merupakan unsur budaya yang paling sulit berubah.

Tujuan adanya budaya adalah mulia yakni melindungi diri dari alam, mengatur hubungan antar manusia dan wadah segenap perasaan manusia.

Maka budaya penting untuk mempertahankan eksistensi manusia di alam, menjaga hubungan antar manusia yang lebih harmonis sekaligus tempat berbagai perasaan. 

Jika budaya tidak ada lagi perannya maka yang terjadi adalah sebaliknya dimana alam menjadi rusak karena ulah manusia, hubungan antar sesama menjadi tidak harmonis dan wadah perasaan manusia telah tergantikan oleh materi dan teknologi.

Aspek budaya sebenarnya melekat dalam setiap dimensi kemiskinan. Budaya berkaitan dengan etos kerja, sikap hidup, perilaku konsumtif atau produktif, termasuk budaya kurang menghargai hasil karya dan prestasi orang lain, mentalitas menerabas dan lebih menyukai pekerjaan sebagai pegawai (negeri) daripada wiraswasta. Memberikan bantuan (zakat), Corporate Social Responsibility dari perusahaan, bantuan pendidikan serta asuransi. Kesehatan juga tidak terlepas dari aspek budaya. Bahkan korupsi juga telah menjadi budaya yang mengakibatkan kemiskinan.

Hal menarik adalah bahwa budaya merupakan salah satu pembentuk karakter kepribadian manusia disamping tiga faktor lain yakni: faktor biologis (genetik), lingkungan alam dan lingkungan sosial. 

Pertanyaannya, apakah kemiskinan sebagai suatu karakter atau kepribadian manusia merupakan produk dari budaya masyarakat yang sebenarnya telah kehilangan identitas budaya aslinya? 

Apakah kemiskinan produk dari faktor biologis, lingkungan alam dan/atau lingkungan sosial? Manakah yang paling dominan menentukan kepribadian dan kemiskinan: budaya, biologis, lingkungan alam atau lingkungan sosial? 

Ringkasnya, apakah seseorang miskin karena faktor budaya, keturunan, alam atau sosial?Tanpa mengurangi pengaruh faktor lainnya, dalam hal ini akan dibahas aspek budaya yang paling mendasar dan lebih dominan menentukan kemiskinan.

Alasannya keluarga miskin tidak selalu akan melahirkan generasi miskin, lingkungan alam yang miskin belum tentu menciptakan masyarakat yang miskin, demikian pula masyarakat yang miskin tidak selalu menjadi alasan melahirkan generasi yang miskin. 

Pada prinsipnya, budaya dapat mengubah yang miskin menjadi tidak miskin baik karena alasan biologis, lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

Oleh karena itu orientasi nilai budaya menjadi penting untuk didiskusikan untuk mencari hubungan antara budaya dan kemiskinan.

Manusia menghadapi paling tidak 5 realitas dalam hidupnya: (1) relasi sosial; (2) hidup; (3) waktu; (4) lingkungan alam; dan (5) karya.


~MARIO KAKISINA 

~Ambon,  16 Februari 2021

Post a Comment

Kalau Ingin karya anda di muat pada halaman "Kawan Berpikir" segera kirimkan tulisan anda pada email kami di kawanberipikir@gmail.com, "nama penulis akan selalu kami sertakan", karena karya anda sangat bermanfaat pada kemajuan literasi kedepanya, terima kasih atas partisipasinya. salam literasi.

Previous Post Next Post
https://www.youtube.com/watch?v=3vuGHbp6MtM&ab_channel=Kawanberpikir

Contact Form