"Percayalah bahwa; aku ada di setiap detik, detak jantungmu, walaupun nantinya aku ada dalam ketiadaan" .
----------------------------------------------------------------
.
Dis,
Kembali lagi menulis tentangmu;
Entah kali ini mata atau senyummu yang akan menjadi jalan untuk jari-jariku lalui, semuanya menjadi objek paling candu untuk membuat seseorang yang perna melangkah bersamamu jatuh dan lucunya kau angkat tangan berkata tidak tahu apa-apa.
Kau candu, di setiap percakapan serius yang aku hadirkan sebagai instrument pengantar rindu, kau candakan dengan begitu serius. ah, lagi-lagi aku jatuh, apa ini yang di katakan;cinta itu butah? Meskipun mataku masih terbuka menatapmu tertawa.
Namun mana mungkin aku mencintaimu dengan sebegitu seriusnya; sampai-sampai menjadikan bulan dan bintang sebagai teman cerita yang tidak perna aku ajak untuk terlibat, mendengarkan segalah kelu-kesa hati kecilku dikala logika sedang tidur.
Dis,
Ingin sekali menghapus jejak kakimu dari ingatanku, namun detik terus mengetik namamu, menit terus memetik lukisan senyuman dari wajamu di pohon bernada itu, sedangkan jam tak lelahnya mengabadikan segalah tentangmu.
Dua kali handphone bekasku memangilmu dalam bentuk tanya, bukan untuk jumpa, namun kau tidak memperdulikan semuanya; Entah apa yang sementara menjadi stigma di dalam alam pemikiranmu.
Dis,
Jika tidak mencintaiku, kau bebas sebab itu bentuk kemerdekaanmu, namun jangan menahan instumen kemerdekaan anak-anak desa yang sedang ada di dalam tanganmu.
Tetaplah merdeka sayangku!
Sc kawan berpikir, 2 September 2021
Penulis: Sajak Bisu 🌷